Jumat, 08 Agustus 2008

Kumpulan Nama Islam (perempuan)

1. Atiah : ية : yang datang
2. Azifah : فة : yang mendekat ; nama lain dari hari Kiamat
3. Asiah : يةس : nama isteri Fir’aun yang beriman
kepada Allah; ahli dalam pengobatan
4. Aminah : نة آم : Nama ibu Rasulullah; yang aman
5. Abiyyah : يةأ : yang menolak kehinaan; punya
kepribadian yang kokoh
6. Atsilah : لة : yang berakar; mempunyai keturunan
yang baik
7. Ahlam : م : jamak dari hulm ; mimpi
8. Adibah : sastrawati
9. Arja : أ : lebih diharapkan
10. Aribah : ةأ : yang berakal; pandai
11. Aridhah : ضة : yang bersih, terang ; mengesankan
12. Arij : جأ : bau yang sedap
13. Arikah : كةأ : permadani yang dihias
14. Azka : كأ : lebih suci, bersih
15. Azaliyyah : يةأ : yang bersifat azaly, dari sejak dulu
16. Asma’ : اءأ : jamak dari ism ; nama
17. Asma : مىأ : lebih mulia, tinggi
18. Asywaq : واأ : jamak dari syauq ; kerinduan
19. Ashilah : لةأ : yang asli, orisinil
20. Adhwa’ : اء : jamak dari dha-u’ ; cahaya
21. Agharid : يأ : jamak dari ughrudah : kicauan burung
22. Afanin : ينأ : daun yang lembut; jenis perkataan
selengkapnya download (rar)
Disadur dari unik blog

Kumpulan Nama Islam (laki-laki)

ALIF ( أ )
1. Aban : ناَبَأ : perbuatan yang sangat jelas, nama putra khalifah ‘Utsman bin ‘Affan
2. Abiy : ّيِبَأ : yang memiliki kepribadian yang kuat yang pantang tunduk terhadap tekanan
3. Abyan : نَيْبَأ : yang lebih jelas
4. Adib : بْيِدَأ : sastrawan
5. Ahmad : دَمْحَأ : yang banyak dipuji-puji, nama yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad dalam al-Qur’an
6. Arib : بْيِرَأ : yang cerdik dan berakal
7. Arhab : بَحْرَأ : yang lapang dada
8. Asad : دَسَأ : singa (lambang keperkasaan)
9. Asmar : رَمْسَأ : yang berkulilt coklat, abu-abu
10. As’ad : دَعْسَأ : yang lebih bahagia
11. Asyqar : رَقْشَأ : yang berambut pirang
12. Asyhab : بَهْشَأ : warna putih yang bercampur hitam, sebutan lain bagi singa.
13. Ashil : لْيِصَأ : yang asli
14. Anis : سْيِنَأ : yang dapat menenangkan hati dari kerisauan/keterasingan
15. Akram : مَرْآَأ : yang lebih mulia
16. Aman : ناَمَأ : rasa aman
17. Amin : نْيِمَأ : yang dapat dipercaya
18. Amir : رْيِمَأ : Emir, pemimpin, yang memerintahkan
19. Anwar : َوْنَأر : yang lebih bercahaya
20. Arkan : ناَآْرَأ : pondasi, pokok
21. Awwab : باَّوَأ : yang amat taat kepada Tuhan, julukan bagi nabi Daud 'alaihissalam
22. Ayib : بِيآ : yang kembali
23. Ayyub : بْوُّيَأ : yang banyak kembali, nama nabi
24. Islam : َلْسِإما : keislaman
25. I’tisham : ماَصِتْعِا : berpegang teguh
26. Iklil : لْيِلْآِإ : mahkota
27. Imam : ماَمِإ : pemimpin
28. Iyhab : باَهْيِإ : pemberian
29. Usamah :ةَماَسُأ : singa, nama seorang shahabat yang amat dicintai oleh Rasulullah.
selengkapnya download (rar)

Jumat, 16 Mei 2008

Ratib Al-Haddad

Ratib Al-Haddad ini mengambil nama sebagaimana nama penyusunnya, yaitu Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad, seorang pembaharu Islam (mujaddid) yang terkenal. Diantara doa-doa dan zikir-zikir karangan beliau, Ratib Al-Haddad lah yang paling terkenal dan masyhur. Ratib yang bergelar Al-Ratib Al-Syahir (Ratib Yang Termasyhur) disusun berdasarkan inspirasi, pada malam Lailatul Qadar 27 Ramadhan 1071 Hijriyah (bersamaan 26 Mei 1661).

Ratib ini disusun pada awalnya untuk memenuhi permintaan salah seorang murid beliau, ‘Amir dari keluarga Bani Sa’d yang tinggal di sebuah kampung di Shibam, Hadhramaut. Tujuan ‘Amir membuat permintaan tersebut adalah untuk mengadakan suatu wirid dan zikir bagi penduduk kampungnya agar mereka dapat mempertahan dan menyelamatkan diri daripada ajaran sesat yang sedang melanda Hadhramaut ketika itu.

Pertama kalinya Ratib ini dibaca di kampung ‘Amir sendiri, yaitu di kota Shibam setelah mendapat izin dan ijazah dari Al-Imam Abdullah Al-Haddad sendiri. Setelah itu Ratib ini dibaca di Masjid Al-Imam Al-Haddad di Al-Hawi, Tarim dalam tahun 1072 Hijriah bersamaan tahun 1661 Masehi. Pada kebiasaannya ratib ini dibaca berjamaah bersama doa dan nafalnya, setelah solat Isya’. Pada bulan Ramadhan ia dibaca sebelum solat Isya’


Download PDF Ratib Haddad disini.
Download Mp3 Ratib Haddad disini

Sabtu, 10 Mei 2008

Habib Alwi Alhaddad Bogor

Habib Alwi Alhaddad dilahirkan di kota Qeidun, Hadramaut, pada tahun 1299 H.Habib Alwi dibesarkan dan dididik oleh ayahnya sendiri Habib Muhammad bin Thohir bin Umar Al Haddad, Seorang ulama besar Geidun, Hadramaut yg hijrah ke Indonesia,tepatnya di kota Tegal Jawa Tengah.
Selain berguru kepada Ayahnnya Beliau juga berguru kepada: As-Syaikh Abdullah bin Abubakar Al-Murahim Al-Khotib (di kota Tarim), As-Syaikh Abud Al-Amudi (di kota Geidun}.
Habib Alwi keliling dari satu kota ke kota yang lain untuk mengambil ilmu dari ulama-ulama besar yang dijumpainya. Guru-guru yang pernah ia datangi adalah: Habib Husain bin Muhammad Albar (di Gerain), Habib Umar bin Hadun Al-Atthas (di Masyhad), Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas (di Huraidhah), Habib Muhammad bin Abdullah Al-Atthas (di Maula Amed), Habib Umar Maula Amed (di Maula Amed), Habib Abdillah bin Umar bin Sumaith (di Syibam), Habib Abdullah bin Hasan bin Shaleh Al-Bahar (di Thi Usbuh), Habib Abdullah bin Muhammad Al-Habsyi (di Hauthoh Ahmad bin Zein), Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi (di Ghurfah), Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur (Mufti Hadramaut), Habib Idrus bin Alwi Alaydrus, Habib Abdul Qodir bin Ahmad Al-Haddad (di Tarim).
Itulah guru-guru beliau yang ada di Hadramaut, dimana mereka semua kebanyakan adalah ulama-ulama besar dan tidak jarang pula yang termasuk Wali min Auliyaillah.
Suatu saat, beliau ingin sekali menunaikan ibadah Haji dan berziarah ke datuk beliau termulia Rasulullah SAW. Setelah mendapat ijin dari kakek beliau habib Thohir bin Umar Alhaddad, berangkatlah Beliau menuju ke kota Makkah dan Madinah. Setelah menunaikan keinginannya, timbullah niat beliau untuk belajar dari para ulama besar yang ada di dua kota suci tersebut. Lalu ia menuntut ilmu disana dengan berguru kepada As-Syaikh Said Babshail, As-Syaikh Umar bin Abubakar Junaid, Habib Husin bin Muhammad Al-Habsyi (Mufti Syafi’iyah pada masa itu).
Setelah dirasa cukup menuntut ilmu disana, timbullah keinginannya untuk berhijrah ke Indonesia, sebagaimana yang dilakukan sebelumnya oleh ayah beliau Habib Muhammad. Sesampainya di Indonesia, ia lalu berziarah ke makam sang ayah, yakni Habib Muhammad bin Thohir Al-Haddad yang wafat di kota Tegal, Jawa Tengah, pada tahun 1316 H.